Sebelum memulai kuliah yang mulai aktif bulan Agustus akhir, para
penerima beasiswa Global UGRAD World Learning mengikuti Summer Intensive Course di kampus
selama sebulan. Ada sekitar 11 orang dari 11 negara yang berbeda di satu kelas
yang sama. Satu-satunya Bahasa penyatu kita adalah Bahasa Inggris dengan logat Bahasa
masing-masing. Kursus ini hampir memakan waktu kami dari pagi hingga sore. Namun
karena guru kami menyenangkan dan kreatif, kami tidak merasa bosan maupun
lelah.
Ada dua sesi, yaitu sesi pagi yang diisi materi Bahasa inggris. Dan sesi
siang diisi oleh teater. Sesi pagi biasanya diawali listening, reading kemudian
speaking. Guru kami, Susan, yang rambutnya kuning keputih-putihan (apakah itu
sudah dikatakan uban atau bukan, aku tidak bisa menebaknya) sangat sadar bahwa
belajar seharian pastilah melelahkan. Oleh karenanya, di akhir kelas terkadang
kami diberikan games. Salah satu games favorit kami adalah card games.
Yang pake kerudung sendiri, yang cantik sendiri |
Onni, temanku dari Laos, mendapat kartu yang menanyakan
mengenai kepribadiannya. Ia mengakui kalau ia dulunya termasuk orang yang susah gaul. Secara
perlahan ia sekarang merubah diri karena ibunya termasuk orang yang pintar
ngomong bahkan di depan publik banyak ataupun acara resmi. Ia tidak ingin
terjebak pada kesendirian. Ia ingin menjadi seperti ibunya yang seorang public
speaker sekaligus periset lingkungan. Kontemplasi Onny mengingatkanku pada
diriku sendiri yang termasuk susah gaul dan teramat pendiam.
Pas giliranku mengambil kartu, aku
mendapat petunjuk yang berbeda! Alih-alih menceritakan mengenai diri sendiri,
kartuku menyuruhku untuk meneruskan cerita. Isinya seperti ini ”I was walking in the forest then I heard a
scream” (Aku sedang
berjalan-jalan di hutan, tiba-tiba terdengan sebuah jeritan).
Setelah berpikir sebentar, aku akhirnya
punya lanjutan cerita yang (menurutku)sangat realistis.
”Oke teman-teman. Jika aku sedang
berjalan-jalan di hutan dan mendengar jeritan, maka aku akan mencoba memastikan dari mana arah jeritan itu. Jika ia
datang dari arah timur, maka aku akan melarikan diri ke arah barat.”
THE END
Dhuaaaarrrr,,,,..seisi kelas menertawakan
(cerita)ku. Aku tak menghabiskan waktu selama 3 menit, bahkan tak juga setengah menit. Susan pun ikut tertawa terbahak dan setuju untuk tidak menyuruhku meneruskan ceritaku yang tak bermutu.
Aku sebenarnya bersedih hati karena teman sekelas tidak mendapatkan cerita menegangkan nan heroic ala Robin Hood atau Si Pitung. Tapi setelah
kupikir-pikir, ceritaku masuk akal. Kebanyakan dari kita terkadang memang lebih
suka lari dari kenyataan dan berusaha untuk tidak memperdulikan masalah atau kekacauan
yang terjadi di sekitar kita.
Kalau kata Avril Lavigne sih “I’m thinking what the hell”!
Peace ah!
Artikel Terkait
Assalamu’alaikum mbak. Perkenalkan nama saya Dwi Eka Putri mahasiswa semester 1 Program Studi S1 Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Bengkulu. Jadi begini mbak, saya mendapat tugas dari dosen matakuliah Cross Cultural Understanding untuk mewawancarai mahasiswa/i yang kuliah s2/s3 di luar negeri (ESC) mengenai kebudayaan di negara tersebut, dan mengenai bagaimana kesan pertama mbak ketika tiba di sana. Nah, kebetulan tadi saya mencari informasi dari berbagai sumber dan menemukan nama mbak. Saya sangat berharap sekali mbak dapat membantu saya mengerjakan tugas ini dengan baik. Dan semoga ini bisa jadi pembelajaran buat saya agar bisa kuliah di LN juga.. Jadi bagaimana mbak? Bersedia untuk diwawancarai?
BalasHapus