Pagi tadi,
aku mampir ke salah satu swalayan waralaba yang kini menjamur di berbagai
pelosok kota untuk membeli kopi. Sebagai pecinta kopi murah, aku mengamati
betul berbagai jenis kopi yang ada di toko tersebut berdasarkan harganya. Setelah
berbagai pertimbangan, aku mencomot kapal api Fresco dengan pertimbangan beli 10
gratis 5 seharga Rp. 9.550. Aku langsung menaruhnya di meja kasir yang kemudian
langsung discan oleh sang kasir. Namun yang mencengangkan adalah perkataan sang
kasir, “ 10. 650 rupiah, mba..”
Apa tadi
aku salah lihat saat lihat harga? Awalnya aku langsung hendak membayar, namun
karena moodku sedang di atas ubun-ubun, langsung saja aku labrak dia.
“Mba, di
sana harganya 9.550 rupiah,” kataku sambil menunjuk tempat ngumpulnya para kopi.
“Itu
mungkin harga kopi yang lain, mba” ujarnya dengan masih ramah.
“Aku cek
dulu ya…”
Dengan harap-harap
cemas aku kembali ke rak kopi. Ya Tuhan, kalau kasir itu benar, semoga harga di
label tersebut berubah! Heheh.
Horeeee!!!!
Aku benar! Dengan langkah penuh kemenangan, aku kembali ke kasir yang tengah
sabar menungguku. Beruntung masih pagi, jadi tidak ada yang mengantri.
“Harganya
memang 9.550 rupiah kok! Silakan mba cek!”
Kami berdua
lalu kembali menyambangi tempat nongkrong si kopi. Kasir tersebut kemudian
mencomot label harga kapal api fresco. Di komputer, ia meralat harga 10.650
menjadi sesuai dengan yang di label. Alhamdulillah, pagi-pagi ini aku bisa
hemat seribu rupiah.
Beeeuuuhh…si
Imas ini miskinnya kebangetan! Seribu aja pake diributin segala!
Well…duhai
para pembaca yang budiman… memang mereka cuma melakukan kesalahan seharga seibu
rupiah, tapi itu untuk satu barang! Ya, tadi pagi aku hanya membeli 1 renteng
kopi, dan perbedaan harganya seribu rupiah! Coba kalo tadi aku membeli 20
barang, bisa jadi sebagian dari barang-barang tersebut memiliki perbedaan harga
sampe 10 ribu kan? Itu untuk sekali pembelian dari satu pelanggan. Bayangkan apabila
di hari tersebut ada 100 pelanggan yang datang dan hal tersebut terjadi. Bisa jadi
perbedaan harga tersebut berkisar sejuta rupiah. Itu dalam sehari. Bagaimana kalo
sebulan? Waaaahhh..ngeri lagi…nyampe 30 juta tuh!
Oke…oke…mungkin
aku terlalu berkhayal. Tapi masalahnya, kejadian ini menimpaku hingga 3 kali! Ini
yang kusadari, bagaimana dengan sebelum-belumnya yang tidak kusadari? Mungkin bisa
nyampe 10 kalian. Dan aku yakin, tidak hanya aku yang mengalaminya. Suamiku pun
pernah! Harga yang tertera di label ternyata di kasir berubah menjadi 2 kali
lipat! Beruntung suamiku langsung menggugatnya seketika itu juga. Sejak saat
ini, aku bertekad untuk teliti sebelum membeli! Aku tidak ingin terus-terusan
dibodohi oleh (sistem) kasir. Mereka kan barusan lulus SMA, masa aku yang akan lanjut
S2 di Amerika mau aja dibodohi kayak gitu? (beeeuuuh….songong banggeeedddhhh…heheh)
Aku tidak
menuduh mereka sengaja melakukan itu. Ya, mungkin saja pegawai toko lupa
mencopot label yang lama dengan yang baru. Atau mungkin saja mereka salah taruh
label di atas benda yang tidak sesuai. Atau bisa jadi harga yang baru belum
dimasukkan ke program computer. Atau..atau…dan atau lainnya aku coba asumsikan
demi berprasangka baik terhadap mereka.
Oleh karenanya,
kawanku semua… apapun titel anda dan gelar kesarjanaan anda, pastikan
ingat-ingat harga barang yang akan anda beli. Jika tidak sesuai dengan yang ada
di label, atau tidak ada labelnya, jangan ragu untuk bertanya pada pegawai. Jika
kesalahan sepele ini terus-terusan dibiarkan, saya lama-lama curiga
jangan-jangan ini memang sudah direncanakan demikian.
Apabila ada
pihak yang tersinggung, saya meminta maaf. Tapi konsumen adalah raja. Dan raja
biasanya tidak complain tentang harga,.heheheh…peace ah!!!!
Batang, 20
Mei 2014.