Minggu, 25 April 2010

Pertalian Ruh dan Jiwa



Aku mengerti kini, kenapa kau bisa begitu detailnya memaparkan perasaan ketika kita bersama berusaha melaju memutuskan semua tali yang dulunya terkekang kencang, ataupun saat kau berusaha meyakinkan bahwa lalu lalang orang tak lagi kau serang. Karena kau masih berada di tempat yang sama!!!
Aku lalu mulai berkhayal jikalau kita sebenarnya memiliki banyak ruh. Ruh tersebut tertinggalkan pada suatu saat di suatu tempat yang kita anggap sakral ataupun banyak memiliki kenangan. Ketika kita bersua kembali dengan tempat itu, maka ruh tempat tersebut pun bersua kembali dengan ruh yang kita bawa kemanapun. Dan, ruh tersebut dengan lembutnya menarik kita ke waktu dimana ruh tersebut kita tinggalkan. Karena kau masih berada di sana, dan sering melewati tempat-tempat kenangan kita, maka ruhmu sering bertemu dengan ruh tempat-tempat itu, dan akhirnya kau merasa bahwa aku berada dimana-mana, entah menganggu ataupun merindu.
Dan, hal itu terjadi padaku; kini.


Aku masih berada di sini; di tempat kami bertemu, memadu kisah maupun berpisah. Tiap kali aku melewati kamar mereka, ataupun lapangan basket, gym, cafetaria tempat kami sering meredam lapar yang mendera (meski kami berulangkali mencerca makanannya yang tak berasa), maka ruhku selalu terperosok pada ruh di tempat itu. Aku sering termenung sebentar untuk kemudian jiwaku tertarik pada saat dimana mereka masih berada. Aku lalu terkadang membiarkan jiwaku terhanyut jika tidak ingat bahwa aku hidup untuk hari ini, bukan hari lalu. Namun, kadang ruh-ruh di tempat itu menari-nari di benak sambil terus berkata,"Hey,ingatkah kau ketika selalu mengganggunya dari tidurnya? Ingatkah kau ketika makan malam bersamanya sehabis kuliah?" . Kalau ruhku tidak masuk ke dalam ruh tempat-tempat itu, maka ruhku akan berkata,"hey,.kau bukanlah teman yang baik..begitu cepatnyakah kau melupakan mereka? hanya sebatas itukah perwujudan persahabatan kalian?"
Maka aku terasa gila dan sinting,.
Namun, bagaimanapun, hal ini adalah kodrat alam. Aku yakin,jika nanti aku kembali ,ruhku tidak akan seperti sekarang ini, terperosok ke dalam ruh tempat ini. Namun, bukan berarti aku akan melupakan tempat ini, karena tidak butuh ruh tempat tersebut jika kita ingin memutar kembali memori.
Lalu, untuk apakah konsep ruh tempatku tadi?
Hanyalah sebatas pelampiasan kekesalan pada diri sendiri.
Maklum, aku adalah manusia yang teramat sangat biasa dan bersahaja saja. Egosentrismeku terlalu tinggi untuk kudaki dengan lapang dadaku. Bolehkan aku mengkambinghitamkan suatu bentuk yang tak berwarna maupun bernama?
Artikel Terkait

Tidak ada komentar :

Posting Komentar