Minggu, 14 September 2014

Jadikan Ia Anugerah, Bukan Musibah


Tanyalah padaku bagaimana rasanya hamil?
Tak ada kata yang bisa mewakili perasaan suami dan aku saat cinta kami bersemi dan akhirnya berbuah indah di dalam perutku. Tuhan meridhoi dan mengamanatkan kami sesosok jiwa baru yang akan makin mengeratkan hubungan kami hingga akhir hayat nanti.

Tanyalah padaku bagaimana rasanya melahirkan?
Benar kata orang; antara hidup dan mati. Seluruh badan gemetar, perih, mulas, ngilu, sakiiiiit sekali hingga membuatku lemas, namun aku terus menguatkan diri agar tetap sadar dan kuat. Suami tiada henti melafalkan doa dan sholawat. Ibu memastikan kelancaran jalannya persalinan. Nenek terus-terusan memijitku dan menenangkanku. Seluruh keluarga cemas namun mereka tau bahwa kebahagiaan akan kehidupan baru segera menanti mereka. Beban seluruh dunia terasa terangkat saat kudengar suara tangis bayiku menggema. Semua bersyukur. Semua gembira. Semua bahagia. Melahirkan itu pengalaman ajaib yang menakjubkan.

Tanyalah padaku bagaimana rasanya menyusui?
Saat Yesha menyisipkan mulut mungilnya dan menyecap cairan manis segar; kedua matanya menatapku dengan lembut seakan berkata “terimakasih Mama atas ASImu yang begitu nikmat. I love you.”
Tangannya seringkali memainkan rambutku atau mengusap dada kemudian wajahku seolah berkata,”tidak usah mengkhawatirkan apapun selama kita tetap bersama, Mama.”
Yang kulakukan hanyalah mendekapnya erat dan membelai kulitnya yang teramat lembut dan halus.

Tanyalah padaku bagaimana rasanya menjadi ibu?
Menjadi seorang ibu adalah tanggungjawab yang teramat besar karena sesosok bayi mungil teramat bergantung padamu. Ia membutuhkan semua yang kau miliki; ASI, perhatian, kasih sayang, waktu, tenaga, pikiran hingga uang. Tak ada waktu untuk bisa bernafas lega. Tak ada tenaga tersisa untuk melakukan hal lainnya. Terlalu berat jika beban itu kupikul sendiri. Beruntung ada suami, keluarga, sahabat yang membantuku melewati masa-masa sulit di fase transisi ini. Meski susah, berat, dan capek, semua perasaan negative itu hilang saat melihat senyumnya yang manis maupun mendengar tawanya yang teramat riang. Begitu indah, mulia dan agungnya saat kita diberi tanggungjawab menjadi seorang ibu.

Lalu, bagaimana jika seseorang tiba-tiba terpaksa menjadi ibu?
Saat ia hamil, tak ada seorangpun yang bahagia akan adanya janin di rahimnya. Anugerah dari Tuhan ini bahkan dianggap musibah. Sang pacar yang dulu berjanji akan bertanggungjawab dan menikahinya malah lari tunggang langgang. Bilang ia tidak siaplah, bilang digugurkan sajalah, bahkan ada yang bilang bahwa janin tersebut bukan berasal dari benihnya;atau mungkin mereka menantang untuk tes DNA!

Bisakah kau bayangkan alangkah hebatnya amarah keluarga saat mereka tau putri kesayangan mereka berbadan dua. Apakah kurang kasih sayang yang mereka berikan? Apakah terlalu longgar kebebasan yang mereka terapkan? Keluarga tak hanya marah, mereka juga kecewa, sedih, sekaligus bingung akan masa depan putrinya yang masih di bangku sekolah. Impian, cita-cita, masa depan seakan musnah karena adanya benih yang mulai tumbuh.

Kawan, seberapa sering kau mendengar kasus pembunuhan wanita yang sedang hamil? Kemarin kita juga mendengar seorang mahasiswa yang menarik janin hingga kepala sang jabang bayi suci itu tertinggal di dalam perut sang pacar? Berapa banyak kawanmu yang tidak ikut ujian sekolah gara-gara perutnya mulai membesar? Berapa tinggi angka aborsi? Betapa bahayanya aborsi? Tegakah kau merenggut nyawa bayi suci ini?

Banyak yang bilang bahwa seks adalah kebutuhan dasar manusia yang bisa kamu lakukan kapanpun saat kau menginginkannya. Di tv, film, majalah, internet, reality shows. Semuanya itu bohong! Seks adalah sebuah tanggungjawab yang besar. Tanggungjawab yang tidak banyak orang yang siap menanggungnya. Tidak peduli seberapapun kita berhati-hati, atau hanya sekali saja, atau hanya main-main, atau tidak tahan godaan, atau takut menolak hingga untuk membuktikan rasa cinta. Semuanya berisiko. Entah itu kebobolan, atau bahkan tertular penyakit seks yang amat rentan. Tak takutkah engkau pada HIV, AIDS, raja singa atau apalah itu namanya…

Kawan, sebelum kau menerima ajakan pacarmu untuk bermalam mingguan, jawablah dulu pertanyaanku ini: Apakah engkau sudah siap memiliki anak jika engkau sendiri masih meminta uang jajan pada orangtua? Apakah engkau siap mendidik anak jika engkau sendiri masih tidak bisa menghargai nasihat orangutan? Apakah engkau sudah tidak ingin lagi meraih cita-citamu? Apakah mimpimu sudah terwujud? Apakah tidak ada hal lain lagi yang ingin kau raih dalam hidup ini?

Jika kau jawab “iya”, silakan katakan pada pacarmu yang pandai merayu itu. “Jika kau menginginkan aku dalam hidupmu selamanya, nikahi aku segera. Tak akan ada pembuktian cinta jika kau sendiri belum membuktikan cintamu lewat ijab qabul.”
All my love and life is for you
Kawan, sekali lagi, memiliki anak adalah anugerah yang terindah…jangan sampai janin dalam perutmu kau anggap sebagai musibah.

Michigan, 13/9/2014
*Status:lagi kangen anak dan ayahnya
Artikel Terkait

Tidak ada komentar :

Posting Komentar