Tanyalah padaku
bagaimana rasanya hamil?
Tak ada kata yang bisa
mewakili perasaan suami dan aku saat cinta kami bersemi dan akhirnya berbuah
indah di dalam perutku. Tuhan meridhoi dan mengamanatkan kami sesosok jiwa baru
yang akan makin mengeratkan hubungan kami hingga akhir hayat nanti.
Tanyalah padaku
bagaimana rasanya melahirkan?
Benar kata orang;
antara hidup dan mati. Seluruh badan gemetar, perih, mulas, ngilu, sakiiiiit
sekali hingga membuatku lemas, namun aku terus menguatkan diri agar tetap sadar
dan kuat. Suami tiada henti melafalkan doa dan sholawat. Ibu memastikan kelancaran
jalannya persalinan. Nenek terus-terusan memijitku dan menenangkanku. Seluruh keluarga
cemas namun mereka tau bahwa kebahagiaan akan kehidupan baru segera menanti
mereka. Beban seluruh dunia terasa terangkat saat kudengar suara tangis bayiku
menggema. Semua bersyukur. Semua gembira. Semua bahagia. Melahirkan itu
pengalaman ajaib yang menakjubkan.
Tanyalah padaku
bagaimana rasanya menyusui?
Saat Yesha menyisipkan
mulut mungilnya dan menyecap cairan manis segar; kedua matanya menatapku dengan
lembut seakan berkata “terimakasih Mama atas ASImu yang begitu nikmat. I love
you.”
Tangannya seringkali
memainkan rambutku atau mengusap dada kemudian wajahku seolah berkata,”tidak
usah mengkhawatirkan apapun selama kita tetap bersama, Mama.”
Yang kulakukan hanyalah
mendekapnya erat dan membelai kulitnya yang teramat lembut dan halus.
Tanyalah padaku
bagaimana rasanya menjadi ibu?
Menjadi seorang ibu
adalah tanggungjawab yang teramat besar karena sesosok bayi mungil teramat
bergantung padamu. Ia membutuhkan semua yang kau miliki; ASI, perhatian, kasih
sayang, waktu, tenaga, pikiran hingga uang. Tak ada waktu untuk bisa bernafas
lega. Tak ada tenaga tersisa untuk melakukan hal lainnya. Terlalu berat jika
beban itu kupikul sendiri. Beruntung ada suami, keluarga, sahabat yang membantuku
melewati masa-masa sulit di fase transisi ini. Meski susah, berat, dan capek, semua
perasaan negative itu hilang saat melihat senyumnya yang manis maupun mendengar
tawanya yang teramat riang. Begitu indah, mulia dan agungnya saat kita diberi
tanggungjawab menjadi seorang ibu.
Saat ia hamil, tak ada
seorangpun yang bahagia akan adanya janin di rahimnya. Anugerah dari Tuhan ini
bahkan dianggap musibah. Sang pacar yang dulu berjanji akan bertanggungjawab
dan menikahinya malah lari tunggang langgang. Bilang ia tidak siaplah, bilang
digugurkan sajalah, bahkan ada yang bilang bahwa janin tersebut bukan berasal dari
benihnya;atau mungkin mereka menantang untuk tes DNA!
Bisakah kau bayangkan alangkah
hebatnya amarah keluarga saat mereka tau putri kesayangan mereka berbadan dua. Apakah
kurang kasih sayang yang mereka berikan? Apakah terlalu longgar kebebasan yang
mereka terapkan? Keluarga tak hanya marah, mereka juga kecewa, sedih, sekaligus
bingung akan masa depan putrinya yang masih di bangku sekolah. Impian,
cita-cita, masa depan seakan musnah karena adanya benih yang mulai tumbuh.
Kawan, seberapa sering
kau mendengar kasus pembunuhan wanita yang sedang hamil? Kemarin kita juga
mendengar seorang mahasiswa yang menarik janin hingga kepala sang jabang bayi
suci itu tertinggal di dalam perut sang pacar? Berapa banyak kawanmu yang tidak
ikut ujian sekolah gara-gara perutnya mulai membesar? Berapa tinggi angka
aborsi? Betapa bahayanya aborsi? Tegakah kau merenggut nyawa bayi suci ini?
Banyak yang bilang
bahwa seks adalah kebutuhan dasar manusia yang bisa kamu lakukan kapanpun saat
kau menginginkannya. Di tv, film, majalah, internet, reality shows. Semuanya itu
bohong! Seks adalah sebuah tanggungjawab yang besar. Tanggungjawab yang tidak
banyak orang yang siap menanggungnya. Tidak peduli seberapapun kita
berhati-hati, atau hanya sekali saja, atau hanya main-main, atau tidak tahan
godaan, atau takut menolak hingga untuk membuktikan rasa cinta. Semuanya berisiko.
Entah itu kebobolan, atau bahkan tertular penyakit seks yang amat rentan. Tak takutkah
engkau pada HIV, AIDS, raja singa atau apalah itu namanya…
Kawan, sebelum kau
menerima ajakan pacarmu untuk bermalam mingguan, jawablah dulu pertanyaanku
ini: Apakah engkau sudah siap memiliki anak jika engkau sendiri masih meminta
uang jajan pada orangtua? Apakah engkau siap mendidik anak jika engkau sendiri masih
tidak bisa menghargai nasihat orangutan? Apakah engkau sudah tidak ingin lagi
meraih cita-citamu? Apakah mimpimu sudah terwujud? Apakah tidak ada hal lain
lagi yang ingin kau raih dalam hidup ini?
Jika kau jawab “iya”,
silakan katakan pada pacarmu yang pandai merayu itu. “Jika kau menginginkan aku
dalam hidupmu selamanya, nikahi aku segera. Tak akan ada pembuktian cinta jika
kau sendiri belum membuktikan cintamu lewat ijab qabul.”
All my love and life is for you |
Kawan, sekali lagi,
memiliki anak adalah anugerah yang terindah…jangan sampai janin dalam perutmu
kau anggap sebagai musibah.
Michigan, 13/9/2014
*Status:lagi kangen
anak dan ayahnya
Artikel Terkait
Tidak ada komentar :
Posting Komentar