Sabtu, 22 Februari 2014

Berburu Beasiswa S2 ke Amerika Part-2 (Wawancara Oh Wawancara)




Di suatu senja pada tanggal 3 bulan Juli 2013, iseng aku membuka email. Hei…ada yang baru masuk!

We are pleased to inform you that the AMINEF selection committee has finished their review on the Fulbright Master’s Degree Program applications, and would like to consider you for an interview which is tentatively scheduled on Tuesday, July 16, 2013, in Yogyakarta.

Wah…aku langsung pengen loncat-loncat! Tapi ooppss!!! Aku sedang ada di depan kelas, mahasiswaku sedang mengerjakan tugas yang barusan kuberikan, dan aku sedang berpura-pura mereview materi;padahal lagi internetan! (don’t try this at home!)
Tak ingin buang kesempatan, aku langsung membalas bahwa aku bersedia untuk melakukan interview. AMINEF kemudian menanyakan berapa ongkos transportasi PP dari Pekalongan-Yogya. Mereka juga akan mengganti akomodasi hotel jika aku menginap di Yogya.

Sebelum Hari H
Karena aku memiliki bayi yang baru berumur 3 bulan yang masih ASI eksklusif; rencana perjalanan dari Pekalongan-Yogya yang memakan waktu sekitar 5 jam tentu harus dipikirkan matang-matang. Setelah berdiskusi dengan suami, kami memiliki beberapa rencana.
1.    Sebelum hari-H, aku ke Yogya menggunakan travel. Yesha dan otomatis suami ikut serta. Kami menginap di hotel yang tidak jauh dari tempat wawancara.
Kelebihan : aku tidak perlu khawatir tentang ASI untuk Yesha.
Kekurangan : biaya membengkak karena harus menginap di hotel, transport travel PP untuk aku dan suami, plus biaya makan.
2.    Sebelum hari-H, aku ke Yogya sendiri dan menginap di hotel.
Kelebihan : lumayan lebih ngirit biaya daripada rencana no.1
Kekurangan : aku harus menahan rasa sakit karena Yesha tidak menyusu selama 2 hari (yang pernah menyusui pasti tau rasa sakitnya yang dahsyat dan luar biasa). Selain itu, aku harus mulai stock ASI berbotol-botol untuk simpanan 2 hari.
3.    Berangkat subuh pada hari H dengan menggunakan motor bersama suami; tidak ada travel yang berangkat subuh. Karena wawancara jam 1 siang, maka kami bisa berangkat pagi-pagi buta.
Kelebihan : stock ASI cukup untuk 1 hari. Biaya jauh lebih hemat dari no.1 dan no. 2
Kekurangan : karena naik motor selama 5 jam, tentu aku akan kelelahan dan ngos-ngosan saat tiba di tempat wawancara.
Akhirnya kami putuskan untuk mengambil rencana no.3! Selain hemat biaya, juga tidak perlu stock ASI yang banyak. Meski biaya dan hotel ditanggung AMINEF, tapi itu hanya berlaku untuk 1 orang saja.


Persiapan Wawancara
Aku memiliki waktu 2 minggu untuk persiapan. Setelah browsing-browsing, ada banyak tips wawancara yang harus dipersiapkan yang kurangkum seperti ini;
1.    Buka kembali formulir aplikasi dan study objective.
Formulir aplikasi yang hanya 4 lembar itu memuat data pribadi kita secara umum saja. Semua motivasi, latar belakang, minat belajar dan rancangan ke depan terkait studi dan karir bisa dilihat dari study objective yang kita kirimkan. Keningku berkerut-kerut mengingat-ingat mengapa aku menulis ini dan menulis itu. Aku buka-buka kembali skripsi dan buku-buku sastra. Jujur, aku tidak tau teori apa yang cocok untuk kugunakan dalam risetku nanti. Dan yang terparah adalah aku bahkan bingung sebenarnya minatku itu apa. 2 minggu itu aku sibuk melamunkan apa yang kutulis di study objective sambil bertanya-tanya apakah rancangan risetku itu dapat menarik hati pewawancara.  
2.    Tuliskan daftar pertanyaan yang sekiranya akan diajukan dan buatlah juga daftar jawabannya.
Untuk daftar awal, aku tuliskan pertanyaan dan jawaban terkait pribadi, keluarga, dan karir. Pada daftar pertengahan, aku fokuskan pada isi study objective dan kampus apa yang sekiranya cocok dengan minat studiku. Dan pertanyaan terakhir adalah sumbangsih apa yang bisa kuberikan pada Indonesia sekembalinya nanti dari USA.
Aku baca berulang-ulang agar tidak hanya hafal, namun untuk membiasakan diri agar interview nanti lancer.
3.    Berdoa dan berusaha maksimal.
Yang bisa kuandalkan adalah berdoa pada Yang Maha Kuasa. Untuk usahaku, mungkin tidak maksimal bagi orang lain, tapi itu adalah yang terbaik yang bisa kulakukan. Aku hanya bisa melakukan persiapan dan browsing-browsing ria hanya pada malam hari saat anakku sudah tidur, atau saat jeda mengajar di siang hari.

Pas Hari H
Malam sebelum esok paginya kami berangkat. Bapak mertua tiba-tiba khawatir apabila kami pergi ke jogja naik motor karena saat itu sedang musim hujan. Ia menyarankan agar aku naik mobil saja; nanti paman yang mengemudikan, bergantian dengan adik iparku.
“Ya kalau naik mobil, mending Yesha dibawa saja,” usul suamiku.
“Kalau aku lagi wawancara, nanti Yesha sama siapa?”
“Hmm…kalau begitu aku ikut juga!” kata suamiku.
“Aku khawatir kalau Yesha sama kamu, Rif! Mending aku aja nanti yang jagain Yesha” pendapat ibu mertuaku.
Yang tadinya mau romantis-romantisan naik motor berdua; jadinya malah rombongan satu RT.
Meski hanya satu hari, tapi kalau bawa bayi kecil, rasanya kaya mau plesiran berminggu-minggu. Karena berangkat subuh, Yesha tidak kami mandikan dahulu karena masih terlalu pagi. Kami bawa air panas satu termos untuk mandi Yesha. Kami juga bawa tempat mandi dan perangkat mandi Yesha. Belum lagi bawa baju, popok, handuk, kerudung, topi, kaos kaki, bedak, minyak telon, bantal, selimut, boneka, mainan, dan lain-lain dan lain-lain.

Saat Wawancara
Sebelum wawancara, narsis dulu.
Jadwal wawancaraku jam 1 siang, sedangkan kami nyampe hotel Mutiara di Malioboro jam 9 an. Mau nyari tempat makan; lagi bulan puasa. Mau shopping; lagi gak mood karena mau wawancara. Mau masuk hotel; masa satu RT masuk hotel semua padahal yang berkepentingan Cuma aku. Kami lalu mondar-mandir di sekitar Malioboro.
Jam 12 siang aku putuskan untuk masuk hotel agar punya waktu untuk melihat kondisi dan situasi, sekaligus untuk beristirahat. Tak dinyana, aku langsung disambut Pak Piet.
“Mbak Imas ya? Wah..kami sudah tunggu dari tadi lho..”
“Hah? Saya telat Pak? Jadwal saya kan jam 1! Apa saya salah jadwal?”
“Oh, tidak! Cuma ada peserta yang tidak bisa datang hari ini dan minta diundur besok. Silakan duduk dulu, nanti sebentar lagi akan kami panggil.”
Aduh, aku kira akan ada waktu 1 jam untuk persiapan dan istirhata! Ternyata sebentar lagi! Sofa empuk yang kududuki terasa keras dan panas! Tiba-tiba segala yang kuhafalkan mendadak sirna!
Segera aku browsing melalu hape jadulku. Karena objek studiku adalah novel Laskar Pelangi, aku cari-cari referensi tentangnya.  Aku teringat Andrea Hirata pernah mendapatkan beasiswa untuk menulis ke Amerika. Di kampus mana itu? Oh, ternyata Iowa! Memangnya spesialisasinya apa? Oh, ia punya comparative literature! Lho, apa yang akan aku bandingkan? Hei, Laskar Pelangi kan sudah diterjemahkan ke Bahasa Inggris! Tinggal bandingkan saja novel Indonesia dan Inggrisnya!
“Mbak Imas, silakan masuk…” Pak Piet tersenyum manis sekali. Aduh Pak..Andai ini bukan acara wawancara, pasti senyummu itu bisa memaniskan kopi hitam yang lupa kuberi gula.
Di dalam sudah menunggu 3 orang ; 1 bule perwakilan AMINEF, 1 dosen UGM (lulusan Fulbright) dan  1 dosen UII (lulusan  Fulbright juga; kayaknya pernah lihat nih orang! Oh, iya! Kayaknya pengalaman wawancara yang kubaca itu berasal dari blognya!)
Bule : Silakan Anda presentasikan rancangan studi Anda nanti.
Aku : blah blah blah…(entah apa yang kubicarakan, tapi ketiga orang di hadapanku tiba-tiba bingung karena rancangan studiku ternyata berbeda dari yang kutulis di study objective ; yang tadinya social effect menjadi comparative literature!)
Dosen UGM : Jadi, Anda ingin belajar dimana?
Aku : Di Iowa, karena di sana Andrea pernah mendapatkan beasiswa menulis di sana, dan juga program comparative literaturenya bagus! (Sumpah, yang terakhir aku ngarang)
Bule : Siapa pengarang Amerika favoritmu?
Aku : Mark Twain. (Katanya sih dia pengarang hebat di Amrik, jadi aku sebut saja namanya)
Bule : Apa kutipan favoritmu di novelnya Mark Twain?
Aku : (Mati aku! Belum pernah baca novelnya satupun!) Wah…aku lupa..bacanya sudah lama sekali!
Dosen UII : Mengapa Anda memilih Andrea Hirata?
Aku : Karena kualitas novelnya sudah tidak diragukan lagi; novelnya sudah diterjemahkan ke puluhan Bahasa.
Dosen UGM : Kamu tau Pramoedya Ananta Toer?
Aku : Ya, dia juga pengarang favoritku (Sering denger siiihhh)
Dosen UGM : Buku apa yang pernah kamu baca?
Aku : (Mati lagi nih! Aku pernah baca pas awal kuliah, itupun hanya beberapa lembar saja) Hmmm…itu yang tentang para tahanan di sebuah pulau terpencil.
Dosen UGM : Pulau Buru!
Aku : Ya, pulau Buru..ohh..sangat mengharukan sekali.
Dosen UGM : Judulnya apa?
Aku : Bumi dan Langit
Bule : Bumi Manusia.
Aku : Ehh…iya..Bumi Manusia..heheh
Dosen UGM : Tuh, Bule aja tau!
Aku : (Mati kutu lagi…Oh Tuhan..Help Me!)
Dosen UII : Kenapa kamu pilih Andrea Hirata? Kenapa gak Pramoedya saja?
Aku : Karena novel Andrea ditulis pada zaman ini, jadi lebih mudah dicerna. Kalau Pramoedya kan waktu zaman penjajahan dulu, jadi lebih sulit dicerna.
Bule : Lho, Mark Twain bahkan lebih jadul daripada Pramoedya! Bahkan ia juga menggunakan Bahasa Inggris, bukan Bahasa aslimu, bagaimana kamu memvisualisasikan tulisan Mark Twain?
Aku : (Bener-bener kali ini aku mati beneran) Ya…memang susah sih…gambarannya mungkin gak utuh, tapi masih ada gambaran lah.. (jawaban yang tidak bermutu)
Mereka berbahagia saat aku dibantai

End of Game!

Akhir cerita, wawancara berakhir dengan meninggalkan kesan bahwa aku sama sekali tidak masuk kualifikasi mereka. Keluar dari hotel, mataku langsung berkaca-kaca. Mulutku komat-kamit tidak karuan. Otakku langsung konslet. Lemah lunglai, kakiku tidak kuat menapaki bumi Yogya yang panasnya hingga membakar seluruh urat-urat nadiku. Perasaanku kacau balau. Aku rasa, hari ini adalah hari tersedih sepanjang hayat. Apa yang sudah kuimpikan sejak kecil dulu, apa yang sudah kepersiapkan sejak lama, hilang begitu saja. Seolah-olah layangan yang sudah kuterbangkan tinggi hingga hampir menyentuh awan tiba-tiba talinya putus karena tidak cukup kuat. Layangan yang putus tertiup angin bagai harapanku yang putus gara-gara kacaunya wawancara.
Suamiku paham benar tabiatku yang satu ini.
“Yang sudah biarlah sudah. Apapun yang terjadi, itulah yang terbaik. Kalo kamu keterima, ya Alhamdulillah. Kalo kamu ga keterima, ya Alhamdulillah, berarti kamu diberi amanah untuk menjaga Yesha. Biar ga sedih, yuk sekarang shopping baju lebaran sebanyak yang kamu mau! Mumpung di Malioboro!”
Horeee!!! Shopping euy!!!

*Langsung lupa wawancara yang menyedihkan tadi.

Batang, 22 Februari 2014
Artikel Terkait

11 komentar :

  1. Subhanallah... amazing, Mom... :)
    (Ohh... jadi waktu itu msh internetan tha??? Tp gpp, English Stars STIKAP bangga bs belajar byk dr mu n mlwtkn byk wktu dg byk sweet story d kelas. Smg thn ini kmi bs menyusul, amen... :) Thanks for all...

    BalasHapus
    Balasan
    1. amiiin... kalo ga salah, aku dapet emailnya pas ngajar di kelas deket kuburan itu..

      Hapus
  2. Wonderful...
    Full of inspirations for us... We very proud U, Mom.

    BalasHapus
  3. Dosen ugm nya siapa mas? Dosen sastra kah? Jangan2 dosenku hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. yg ku ingat badannya tinggi besar,.berkaca mata gaul,..kalo ga salah dia terlibat di multikultural ato apalah..

      Hapus
  4. Kapan-kapan tak susul yo Bu.... (neng Malioboro)

    BalasHapus
    Balasan
    1. boleh jeng...nanti di sana kita beli batik pekalongan ya...

      Hapus
  5. kak... wawancara nya bahasa inggris atau indonesia??

    BalasHapus