Kamis, 20 Februari 2014

BERBURU BEASISWA S2 KE AMERIKA (Formulir Aplikasi dan Study Objective, part-1)



Menjadi dosen yang baru bergelar S1 itu sungguh menyedihkan. Ibaratnya jeruk makan jeruk. Masa mahasiswa S1 diajar dosen yang baru S1 juga? Ingin lanjut study, tapi biaya gak mumpuni. Akhirnya ku cari berbagai beasiswa S2 yang memungkinkan kucoba. Chevening di Inggris dan ADB di New Zealand? Work experienceku belum ada 2 tahun. Erasmus mundus di Eropa? Aku gak punya IBT maupun IELTS. Yang memungkinkan adalah AMINEF (Amerika) dan ADS/AAS (Australia).

Study Objective
Formulir aplikasi AMINEF untuk beasiswa S2nya sungguh membuatku tercengang. Hanya 4 lembar! Itupun yang perlu diisi hanya teramat sangat sedikit sekali (super lebay). Bandingkan dengan milik ADS yang mencapai 30 lembar!

Namun yang membedakan adalah study objective-nya. Apa sih study objective itu? Secara harfiah, study objective adalah tujuan belajar yang biasanya diminta oleh universitas untuk mengetahui seberapa kuat keinginan belajar calon mahasiswanya. Kurang lebih study objective untuk aplikasi AMINEF berisi: Apa yang ingin kau pelajari di Amerika? Mengapa kamu ingin mempelajarinya di Amerika? Skill apa yang ingin kamu kuasai? Apa kaitannya dengan pengalamanmu sebelumnya? Bagaimana dengan rancanganmu ke depan nanti setelah lulus S2 di Amerika?


Setelah kucari-cari, akhirnya kutemukan berbagai contoh study objective di internet. Aku juga meminta contoh study objective ke temanku, Dian Mayasari yang kini tengah belajar di negeri Paman Sam. Hasilnya membuat keringatku mengucur deras. Kebahagiaan atas formulir yang hanya 4 lembar itu langsung sirna seketika akibat study objective yang satu ini. Study objective punya Dian teramat sangat bagus sekali. Terutama karena Dian terlibat di banyak organisasi dan kegiatan sosial sehingga menambah nilai plus. Sedangkan aku? Saat itu, aku hanya dosen tidak tetap yang tidak memiliki kegiatan apapun selain mengelus perut buncitku. Ya, saat itu aku tengah hamil anak pertamaku.

Meski hanya 1 lembar, gara-gara study objective ini, aku tiba-tiba ingin aktif organisasi. Tapi karena aku adalah pendatang baru di Pekalongan yang notabene hanyalah kota kecil, aku berasumsi tidak banyak organisasi yang ada di kota batik ini. Karena aku ingin mengambil sastra, otomatis aku seharusnya akrab dengan dunia tulis menulis. Namun, klub kepenulisan di kota ini mati suri. Sempat ingin membuat klub menulis sendiri (pastilah keren jika di study objective aku menulis bahwa aku mendirikan sebuah klub menulis), namun hasil tulisan yang pernah kubuat hanyalah skripsi. Di media cetakpun, tulisanku pernah mejeng sekali. Itupun sudah tua dan lama.

Karena tidak bisa mengunggulkan diri di bidang organisasi, akhirnya aku fokuskan pada apa yang ingin kupelajari; yaitu sastra. Tapi sastra apa? Sastra kan sangat luas sekali kajiannya. Aku buka-buka kembali skripsiku. Aku pelajari kembali buku-buku sastraku. Aku renungkan kira-kira kajian apa yang menarik untuk dipelajari. Saat mendengar bahwa novel Laskar Pelangi sudah diterjemahkan ke dalam puluhan Bahasa asing, termasuk Bahasa Inggris, ide itu muncul. Ya, aku ingin meneliti Laskar Pelangi! Tapi novel popular itu sudah banyak dikaji di sana-sini. Aku tidak ingin mengkaji tokoh, tema, setting ataupun gaya Bahasa.

Setelah bermeditasi selama sebulan lebih, akhirnya aku putuskan untuk mengkaji dampak novel Laskar Pelangi terhadap masyarakat. Tidak diragukan lagi novel ini memiliki dampak responsif, utamanya di bidang pendidikan. Setelah novel ini muncul, ada banyak gerakan sadar pendidikan yang diwujudkan dalam berbagai wadah, entah itu organisasi, kegiatan volunteer, maupun bantuan beasiswa. Bahkan pemerintah pun mulai memperhatikan nasib para guru yang dulu amat memprihatinkan.

Namun, yang membingungkan adalah teori apa yang cocok dengan kajian itu.Rasanya menyesal sekali dulu waktu kuliah aku tidak belajar dengan sungguh-sungguh. Aku bahkan tidak tau teori apa saja yang ada di kajian sastra. Dengan malu, aku menanyakan hal itu pada dosenku yang kini tengah menempuh S3-nya di New York. Dengan rendah hati, beliau menyatakan bahwa kajianku cocok apabila disandingkan dengan teori reader’s response theory atau phenomenological research. Waaaah…rasanya bagaikan ikan yang dicemplungkan ke air, aku langsung berenang-renang bebas di atas laptop.

Butuh hampir 2 bulan untuk merampungkan study objective ini, dari mulai masa pencarian apa itu study objective hingga final draft. Sementara itu syarat aplikasi yang lain cenderung mudah yaitu TOEFL minimal 550 (punyaku mepet sekali), surat rekomendasi, KTP dan ijazah. Tanpa membuang waktu, langsung kuserahkan lamaranku pada AMINEF melalui petugas kantor pos yang terhormat. Sebenarnya deadline masih agak lama, yaitu 15 April. Namun karena HPL-ku 16 Maret, maka aku lebih memilih mengirimkannya di awal, seminggu sebelum melahirkan. Tentu saja aku tidak ingin melahirkan sambil memikirkan study objective. Bisa-bisa anakku nanti bernama Studina Objectivania, hehehe

Sambil menanti kelahiran anak pertama, aku juga menanti kabar selanjutnya.  Masalah diterima atau tidak, kuserahkan sepenuhnya pada Yang Maha Kuasa. Pokoknya the show must go on!

Batang, 20 Februari 2014

Artikel Terkait

12 komentar :

  1. mba aku mau tanya-tanya.. boleh minta alamat emailnya? terima kasih...:)

    BalasHapus
  2. sekarang udah diterima di mana mbak ???

    BalasHapus
  3. Salam kenal mbak. Saya Vicha, yg baru saja mengirim email terkait studi s2 di USA. Mohon saran dan ditunggu balasannya. Terima kasih :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yeah..sudah saya jawab emailnya ya...smoga bisa membantu.

      Hapus
  4. Salam kenal mbak, mohon balasan email saya. Terima kasih :)

    BalasHapus
  5. Mbk saya mau tanya2 di email ya, mohon bantuannya, trims

    BalasHapus
  6. Subhanalloh isi blog mbak sungguh buat aku semangat lagi buat dapetin beasiswa ke luar negeri :)

    BalasHapus
  7. Subhanalloh isi blog mbak sungguh buat aku semangat lagi buat dapetin beasiswa ke luar negeri :)

    BalasHapus
  8. hy,, kak bsa nggak tanya" soal mebuat study objective?? :)

    BalasHapus