Minggu, 07 Juli 2013

Masa Lalu Tertinggal*


Saya teringat akan percakapan dalam sebuah drama Korea, kurang lebih seperti ini. “Jika kamu selalu mengingat-ingat kenangan yang membahagiakanmu, maka kamu tidak akan merasakan kebahagiaan seperti itu lagi. Jika kamu selalu mengingat-ingat dendam yang menyakitkanmu, maka kamu akan merasa sakit untuk selamanya.” Bagi yang tau kalimat itu berasal dari film apa, saya anugerahi sebagai Pecinta Drama Korea Sejati, hehehe

Makna yang saya tangkap dari kalimat tersebut adalah yang lalu biarlah berlalu. Let bygones be bygones. Masa lalu adalah history, jadikanlah sejarah tersebut untuk dipelajari dan direnungi untuk dipetik hikmahnya jika ia adalah masa yang buruk. Masa lalu yang indah adalah hal yang patut disyukuri dan dijadikan penyemangat untuk ke depannya. Namun kebanyakan dari kita menginginkan masa lalu yang indah bisa terulang lagi, lagi dan lagi. Sebenarnya bukannya tidak mungkin, tapi bila kita terlalu melarutkan diri dalam kebahagiaan masa lalu, kebahagiaan yang sedang kita alami bisa jadi terasa tidak berarti.


Gampangnya seperti ini; kemarin kita dikasih jajan oleh Bokap lima juta (busyet deh…bisa jajan kulkas lima pintu ini sih…), eeeh… tapi hari ini Bokap Cuma kasih empat juta! Otomatis dong dengan muka kusut dan kusam bak duit kertas kembalian dari pedagang ikan asin, kita menggerutu karena hari ini kita Cuma bisa jajan kulkas empat pintu doang. Kita nuntut Bokap tambahan sejuta lagi, karena ngerasa empat juta hari ini tidaklah seindah lima juta yang kemarin (maksudnye apeee…). Padahal yang harus kita lakukan adalah bersyukur atas empat juta yang Bokap kasih hari ini… Siapa tau yang sejuta itu lagi keselip entah dimana, lalu tau-tau kekurangan yang sejuta Bokap kasih besoknya. Plus karena sikap manis kita hari ini, siapa tau juga besoknya Bokap kasih lebih banyak..eng ing eeeeng….jadilah uang jajan kita besok sepuluh juta! Bisa buat beli kulkas yang tak hanya berpintu, tapi juga berjendela dan bergenteng! Huaaaa…. Mauuuu!!!
Eits… I’m not saying that we passively accept everything that is given. Di sini saya gak bermaksud kita hanya pasrah menerima apa yang kita terima saat ini; bersikap manis alias berusaha lebih keras lagi disertai sikap syukur akan melebihkan makna empat juta yang kita dapet hari ini terasa lebih bernilai dibanding lima juta kemaren… kalo peribahasanya sih…”Satu mangkok bakso di tangan lebih berharga dibanding segerobak bakso punyanya Abang Tukang Bakso” (Kayaknya peribahasanya gak gini deh…. Eheheh)

Berbeda kasusnya apabila masa lalu yang selalu kita ingat adalah yang pahit plus getir; saking pahitnya, jamu semelekete yang terpahit dari semua yang pahit-pahit pun terasa manis apabila dibandingkan tingkat kepahitannya dengan masa lalu yang pahit itu (coba itung, berapa jumlah kata pahit yang saya ulang dalam satu kalimat ini!). Ibarat tembok yang pernah dipaku, terkadang rasa sakit dan pilu masih terasa saat kita menyentuh lubang bekas paku di tembok itu, meski pakunya sudah dicabut lama. Meski kesalahan sudah kita maafkan, kehilangan sudah kita relakan, rasa sakit sudah kita obati, tapi kok rasanya lubang di dalam hati itu tetap menganga ya?

Mungkin kedengarannya terlalu klise, tapi apabila ada lubang bekas tancapan paku di tembok terasa mengganggu pemandangan, mengapa tak kita tambal saja? Atau, kalau kita disemprot yang punya toko bangunan gara-gara Cuma mau beli semen seperempat ons untuk nambal bekas paku di tembok, kenapa tidak kita tutupi saja lubang itu dengan poster Super Junior atau SNSD? Temboknya akan terlihat jauh lebih manis tentunya. Yups, daripada kita terus menerus tersedu sedan mengingat masa lalu, akan jauh lebih baik apabila kita hiasi masa ini dengan hal-hal yang jauh lebih indah, pikiran positif dan lebih terbuka. Dengan begitu, kita akan lupa dengan lubang paku di belakang poster Suju.

Masa lalu mungkin bagaikan bayang-bayang hitam yang selalu membayangi langkah kita kemanapun, kapanpun dan dimanapun. Namun, ingat-ingat-ting! Tak peduli seberapa hitam dan seberapa panjang bayang-bayang, ia tak akan pernah bisa menjegal langkah kaki kita untuk ditapakkan ke depan. Siiiiiip deeeehhh….

Batang, 10/04/2013

*Saya memang paling gak bisa bikin judul, terimakasih untuk Ariel yang telah memberikan judul ini pada saya lewat lagunya J
Artikel Terkait

Tidak ada komentar :

Posting Komentar