Saya
teringat akan percakapan dalam sebuah drama Korea, kurang lebih seperti ini.
“Jika kamu selalu mengingat-ingat kenangan yang membahagiakanmu, maka kamu
tidak akan merasakan kebahagiaan seperti itu lagi. Jika kamu selalu mengingat-ingat
dendam yang menyakitkanmu, maka kamu akan merasa sakit untuk selamanya.” Bagi
yang tau kalimat itu berasal dari film apa, saya anugerahi sebagai Pecinta
Drama Korea Sejati, hehehe
Makna
yang saya tangkap dari kalimat tersebut adalah yang lalu biarlah berlalu. Let bygones be bygones. Masa lalu adalah
history, jadikanlah sejarah tersebut untuk dipelajari dan direnungi untuk
dipetik hikmahnya jika ia adalah masa yang buruk. Masa lalu yang indah adalah
hal yang patut disyukuri dan dijadikan penyemangat untuk ke depannya. Namun
kebanyakan dari kita menginginkan masa lalu yang indah bisa terulang lagi, lagi
dan lagi. Sebenarnya bukannya tidak mungkin, tapi bila kita terlalu melarutkan
diri dalam kebahagiaan masa lalu, kebahagiaan yang sedang kita alami bisa jadi
terasa tidak berarti.
Gampangnya
seperti ini; kemarin kita dikasih jajan oleh Bokap lima juta (busyet deh…bisa
jajan kulkas lima pintu ini sih…), eeeh… tapi hari ini Bokap Cuma kasih empat
juta! Otomatis dong dengan muka kusut dan kusam bak duit kertas kembalian dari
pedagang ikan asin, kita menggerutu karena hari ini kita Cuma bisa jajan kulkas
empat pintu doang. Kita nuntut Bokap tambahan sejuta lagi, karena ngerasa empat
juta hari ini tidaklah seindah lima juta yang kemarin (maksudnye apeee…).
Padahal yang harus kita lakukan adalah bersyukur atas empat juta yang Bokap
kasih hari ini… Siapa tau yang sejuta itu lagi keselip entah dimana, lalu
tau-tau kekurangan yang sejuta Bokap kasih besoknya. Plus karena sikap manis
kita hari ini, siapa tau juga besoknya Bokap kasih lebih banyak..eng ing
eeeeng….jadilah uang jajan kita besok sepuluh juta! Bisa buat beli kulkas yang
tak hanya berpintu, tapi juga berjendela dan bergenteng! Huaaaa…. Mauuuu!!!
Eits…
I’m not saying that we passively accept everything that is given. Di sini saya
gak bermaksud kita hanya pasrah menerima apa yang kita terima saat ini;
bersikap manis alias berusaha lebih keras lagi disertai sikap syukur akan
melebihkan makna empat juta yang kita dapet hari ini terasa lebih bernilai dibanding
lima juta kemaren… kalo peribahasanya sih…”Satu mangkok bakso di tangan lebih
berharga dibanding segerobak bakso punyanya Abang Tukang Bakso” (Kayaknya
peribahasanya gak gini deh…. Eheheh)
Berbeda
kasusnya apabila masa lalu yang selalu kita ingat adalah yang pahit plus getir;
saking pahitnya, jamu semelekete yang terpahit dari semua yang pahit-pahit pun
terasa manis apabila dibandingkan tingkat kepahitannya dengan masa lalu yang
pahit itu (coba itung, berapa jumlah kata pahit yang saya ulang dalam satu
kalimat ini!). Ibarat tembok yang pernah dipaku, terkadang rasa sakit dan pilu
masih terasa saat kita menyentuh lubang bekas paku di tembok itu, meski pakunya
sudah dicabut lama. Meski kesalahan sudah kita maafkan, kehilangan sudah kita
relakan, rasa sakit sudah kita obati, tapi kok rasanya lubang di dalam hati itu
tetap menganga ya?
Mungkin
kedengarannya terlalu klise, tapi apabila ada lubang bekas tancapan paku di
tembok terasa mengganggu pemandangan, mengapa tak kita tambal saja? Atau, kalau
kita disemprot yang punya toko bangunan gara-gara Cuma mau beli semen
seperempat ons untuk nambal bekas paku di tembok, kenapa tidak kita tutupi saja
lubang itu dengan poster Super Junior atau SNSD? Temboknya akan terlihat jauh
lebih manis tentunya. Yups, daripada kita terus menerus tersedu sedan mengingat
masa lalu, akan jauh lebih baik apabila kita hiasi masa ini dengan hal-hal yang
jauh lebih indah, pikiran positif dan lebih terbuka. Dengan begitu, kita akan
lupa dengan lubang paku di belakang poster Suju.
Masa lalu
mungkin bagaikan bayang-bayang hitam yang selalu membayangi langkah kita
kemanapun, kapanpun dan dimanapun. Namun, ingat-ingat-ting! Tak peduli seberapa
hitam dan seberapa panjang bayang-bayang, ia tak akan pernah bisa menjegal
langkah kaki kita untuk ditapakkan ke depan. Siiiiiip deeeehhh….
Batang,
10/04/2013
*Saya memang
paling gak bisa bikin judul, terimakasih untuk Ariel yang telah memberikan
judul ini pada saya lewat lagunya J
Artikel Terkait
Tidak ada komentar :
Posting Komentar