Jumat, 08 November 2013

Perjuangan Menggapai Beasiswa AMINEF (Global UGrad) Part-2 (Tes Wawancara)


Setelah tahapan pengiriman aplikasi (akhir Oktober), tahapan penantian berakhir sebulan kemudian saat surat undangan wawancara hinggap di rumahku. Pihak AMINEF juga mengkonfirmasi ulang melalui email. Sepengetahuanku, dari Semarang, 5 orang dari Unnes, dan 1 orang dari Undip. Tempat wawancara di Jakarta, waktunya awal Desember. Dan yang bikin beasiswa ini teramat keren adalah kami diberikan tiket terbang dr Semarang-Jakarta PP, hotel untuk menginap, plus uang transport dan makan selama di Jakarta! Wuiih...joooosss gandossss!!! Pokoknya yang perlu kita siapkan adalah mental! Masalahnya, aku belum pernah ikut wawancara!!!

Sebelum Wawancara....

Untuk mempersiapkan diri, aku cari tips2 wawancara di internet. Lumayan membantu. Seperti ini kira-kira tips yang aku dapatkan:
1. Aplikasi
Baca kembali aplikasi yang sudah dikirimkan! Interviewer yang notabene tidak mengetahui apapun tentang interviewee otomatis akan menjadikan aplikasimu untuk bahan dasar pertanyaan mereka. Jadi, sedari pengisian aplikasi, kejujuran dan ketelitian sangat diperlukan agar tidak ada kontradiksi hati saat menjawab interviewer nanti. Usahakan untuk mengisi segala sesuatunya oleh kita sendiri; hal ini untuk merefleksikan kepribadian dan pemikiran kita melalui aplikasi secara utuh dan jujur.
2. Pakaian
Kenakan pakaian yang semi-formal dan rapi. Karena dalam wawancara ini posisiku sebagai mahasiswa, berpakaian seperti orang kantoran tentu tidak bagus juga. Maka kubayangkan nanti dresscode-ku ala mahasiswa yang rajin ikut seminar (entah, maksudnya apa). Hindari juga mengenakan perhiasan berlebih, aksesoris mencolok maupun make-up heboh. Kalo bisa, pakailah make-up artis (ituloh..kaya artis baru bangun tidur, rambut rapi, bibir merah, pipi merona:) ).
Malangnya, untuk masalah baju, di lemariku hanya ada kaos oblong, rok gombrong dan sarung solat kotak-kotak. Warnanya pun sangat pelangi, tidak ada warna yang senada. Aku pasrahkan masalah pakaian pada orang tua. Mereka lalu mengirimkan lewat pos sepaket baju wawancara: celana panjang hitam berbintik abu-abu dan kemeja panjang abu2 bergaris coklat. Saat ku kenakan, untuk orang yang selalu berbaju longgar, celana dan kemejanya ternyata agak kekecilan. Sepertinya orang tuaku mengira bahwa selama aku di pesantren, aku jadi tambah kurus kekurangan makan. Padahal, selain makan sehari 2 kali di pesantren, aku juga rajin silaturrahmi ke warung2 di sekitar kampus.
3. Latihan
Pertanyaan dalam wawancara akan berkisar terhadap masa lalu, masa kini dan masa mendatang. Masa lalu berkisar pada background study atau jika ada, riwayat pekerjaan dan organisasi. Masa kini berkisar mengenai study apa yang sedang ditempuh? Mengapa tertarik dengan beasiswa ini? Sedang aktif di organisasi apa? Dan bagian yang terpenting adalah rancangan ke depan. Jika kita mendapatkan beasiswa ini, apa yang akan kita lakukan di Amrik? Apa yang ingin kita pelajari dan lebih kita dalami di sana? Kontribusi apa yang akan kita berikan pada masyarakat sekitar? Bagaimana dengan kelanjutan studymu? dll. Jadi, yang aku lakukan adalah membuat daftar pertanyaan yang kiranya akan diajukan, lalu menjawab daftar pertanyaan tersebut. Setelah itu, berlatih berulang-ulang sampai hafal di luar kepala.
4. Berdoa
Setelah berusaha maksimal, tentu berdoa adalah senjata pamungkas. Ingat, Allah tau apa yang telah kita usahakan, tapi Allah juga tau apa yang terbaik bagi kita.

Saat Wawancara

Pengalaman wawancara ini menyisakan banyak hal pertama bagiku...diantaranya..

1. Pertama kali terbang, gratis pula!
Yah...namanya juga orang udik...gak pernah kemana-mana, jadi gak pernah pergi2 pake pesawat. Ternyata pake pesawat rumit yah...harus begini harus begitu..gak boleh ngaktifin hape lagi! Padahal, pas pesawat mulai menggerung-gerung, pengennya telpon ortu "Halllooo Mammiii...aku udah mau take-off neeeh...kedengeran ga mesin pesawatnya???? kenceng banget kan suaranyaaaa??!!!Halllooo..hallooo..bye..."
2. Pertama kali ketemu artis, Ungu pula!
Sekitar 2 hari sebelumnya, di Semarang ada konser. Sebagai santri taat dan mahasiswa rajin, aku gak tertarik sama sekali dengan konser itu. Denger2 katanya ada Ungu ma Drive.
Saat bengong di ruang tunggu, aku melihat banyak orang menenteng alat musik. Band dari kampung mana nih?Ujarku dalam hati. Setelah pengumuman untuk masuk pesawat, jreng-jreng-jreng...barulah ada penampakan Pasha and the gang...juga ada Anji and the gang..plus juga cewek2 cantik yang jadi backing vocal. Aku yakin, semua orang excited ngeliat mereka..tapi karena yang naek pesawat kebanyakan orang kaya, otomatis mereka jaim dan pura2 cuek ngliat artis2 itu.. Karena aku juga pengen keliatan seperti orang kaya, maka saat Pasha lewat di depan pun aku pura2 cuek aja..padahal dalem hati "Beeeuuuhhh...kok cakepan aslinya ya...Ya Allah...kenapa vokalis Ungu tuh Pasha, bukan Ariel?" heheh...dah dikasih hati ayam, malah minta jantung pisang!
3. Pertama kali ke Jakarta setelah berpuluh2 tahun yang lalu
Seingetku, waktu kecil, aku pernah ke Jakarta. Yang kuingat hanyalah pemukiman sempit, panas dan bau comberan. Tapi kok Pasha betah tinggal di sana ya?
4. Pertama kali pake baju formal selain seragam sekolah
Sejak kecil aku mesantren. Dan ajaran yang kuterima adalah berpakaianlah secara sederhana. Namun, ajaran ini kusalah artikan menjadi berpakaianlah seadanya dan semaunya. Otomatis, baju yang ku kenakan bagai beli di pasar loak seribu perak dapat tiga; dari atas, tengah hingga bawah gak ada yang nyambung.
5. Pertama kali bobo ngiler di hotel, gratis lagi!
Akomodasi yang kami dapatkan adalah hotel Sofyan Betawi, yang ternyata punya kakeknya Marshanda. (So what geto loooo). Yang mengejutkan adalah hotel bintang tiga ini termasuk hotel syariah...pelayan ceweknya pake kerudung semua. Cowoknya juga sopan2 (ya eyalah..masa pelayan hotel pake baju rock n roll?)
Aku bingung, kenapa AMINEF, yang dibiayain AMERIKA, memilih HOTEL SYARIAH untuk menginapkan para pelamarnya? Jangan2, mereka sengaja memilih HOTEL SYARIAH agar mereka lebih leluasa menyusupkan para mata2 untuk mengetahui perkembangan perhotelah islami. Lalu secara diam2 mata2 itu menyusupkan ide2 berbau zionis untuk menghancurkan islam melalu hotel ini. Inilah yang terjadi jika pikiran terlalu banyak disusupi yang tidak2 :) Pokoknya dikasih hotel, bobo enak, makan nikmat, jos!!!

Singkat cerita, setiap peserta akan diwawancarai sekitar 30 menit oleh 4 interviewer; ada yang dari AMINEF, ada yang alumni peraih beasiswa ke Amrik, ada juga yang orang Amrik sedang belajar di Indonesia. Aku melihat, beberapa teman telah memiliki trik sendiri. Ada yang membawa makanan khas daerahnya;dia bermaksud promosi daerahnya sekaligus "menyuap" interviewer. Ada juga yang membawa potongan tulisannya yang berhasil terbit di media cetak. Meski AC terasa amat dingin, tapi keringat tetap saja mengucur deras. Mulutku komat-kamit antara menghafalkan "prakiraan pertanyaan" dengan doa-doa mujarab wasiat orangtua.

Namaku akhirnya dipanggil juga! Sesuai dengan apa yang ku baca di internet, melangkah dengan tenang, duduk saat dipersilahkan, dan tersenyum pada semua interviewer. Yang membuat urat nadi sedikit mengendor adalah para interviewer ternyata sangat ramah! Sesuai dengan dugaanku, seorang interviewer menanyaiku kenapa ingin belajar sastra di Amrik. Aku bilang, karena banyak penulis terkenal dan berpengaruh di sana, baik yang almarhum maupun masih bernafas, atau bahkan belum lahir. Siapa penulis favorit? Karena waktu itu lagi ngetren Harry Potter, aku bilang JK Rowling! Padahal yang kubaca cuma novelnya yang terjemahan Indonesia,heheh.

Lalu, datanglah suatu pertanyaan agak sukar. Karena ada dua pilihan study di aplikasi; aku memilih sastra sebagai nomor 1 dan psikologi nomor dua. Mereka bertanya, kenapa aku ingin belajar psikologi juga?

Hening sejenak tercipta. Aku ingat, jangan sampai senyum terlepas dari bibir, dan jangan sampai kening berkerut. Jika tidak bisa menjawab, bisa meminta ulang pertanyaannya. Tapi aku kemudian menjawab seperti ini;
"Karena penulis yang bagus akan bisa menuliskan kondisi psikologis tokohnya, dan juga berhasil mempermainkan perasaan pembaca secara psikologis."
Aku yakin, bahasa inggrisku sangat belepotan. Dan aku yakin kalimatku di atas mungkin saja terdengar seperti ini;
"Karena selain ingin belajar menulis, aku juga ingin menyembuhkan kejiwaanku dengan belajar psikologi." heheh
Selama wawancara, aku memainkan gesture, seperti tangan yang diacung-acungkan bak professor memegang anatomi katak. Untuk menunjukkan minat, kita juga bisa mencondongkan badan saat interviewer bertanya. Saking condongnya badanku, aku mirip menara miring Pizza!

Karena para penanya sangat ramah dan kooperatif, 30 menit berakhir bagai 3 menit saja! Seorang teman yang pernah mendapat beasiswa ke Jepang bilang jika para penanya terlihat ramah padamu, itu karena mereka mereka kasian padamu alias kamu akan segera dicoret dari pengkandidatan.

Yah..apapun hasilnya, aku sudah berusaha terbaik.
Ganbatte!!!
*Hore pulang! Pake pesawat sih!
Artikel Terkait

4 komentar :

  1. Assalamualaikum, ka, trus gimana lanjutannya lagi? Saya kok penasaran ya! Endingnya dong. Ceritanya mengharukan, motivated, funny, dan kegantung. Hahaha :-)
    Salam ka. Thank You for the story.

    BalasHapus
  2. Wassalamualaikum
    Wah..makasih..aku mau nulis kelanjutannya sekarang udah lupa..udah 5 tahun yang lalu..heheh

    BalasHapus
  3. Subhanallah, saya jd kepengen exchange segera lewat AMINEF

    BalasHapus
  4. mbak itu berarti tes wawancaranya pake bhs inggris semua ya?

    BalasHapus